Standard Post

Daniel: Penggunaan Istilah Asing Sulit Dipahami Masyarakat


JAKARTA, PKBNews - PENGGUNAAN istilah asing sulit dipahami masyarakat secara luas. Sebab, tidak semua masyarakat mengetahui arti yang terkandung dalam bahasa asing. Seperti penggunaan diksi "adaptasi kebiasaan baru" lebih tepat diterapkan di Indonesia ketimbang `new normal`.

"Yang paling benar memang adaptasi kebiasaan baru jauh lebih mudah dipahami oleh masyarakat umum, bukan malah menggunakan istilah-istilah asing yang sulit nyantol di kesadaran masyarakat umum," terang Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Bidang SDE dan SDA, Daniel Johan, kemarin.

Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) juga menyoroti kata adaptasi dalam istilah `adaptasi kebiasaan baru` yang dinilai terlalu intelek. Menurutnya, alangkah lebih baik pemerintah memilih kata yang lebih akrab terdengar di telinga masyarakat.

"Penting segera dikoreksi bila ada yang kurang tepat, ke depan hal-hal yang paling mudah dipahami masyarakat yang harus menjadi pendekatan pemerintah. Kalimat adaptasi juga terlalu `intelek`, bisa menggunakan istilah yang masyarakat lebih akrab seperti `menyesuaikan dengan` atau `hidup dengan`," terang Daniel.

Sebelumnya, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, dr Achmad Yurianto, mengungkapkan ada diksi yang salah di kata `new normal`. Dia menilai diksi yang benar adalah adaptasi kebiasaan baru.

"Diksi new normal itu sebenarnya di awal diksi itu segera kita ubah, waktu social distancing itu diksi yang salah, dikritik langsung kita ubah, new normal itu diksi yang salah, kemudian kita ubah adaptasi kebiasaan baru tapi echo-nya nggak pernah berhenti, bahkan di-amplify ke mana-mana, gaung tentang new normal itu ke mana-mana," ujar Yuri di launching buku.

TERKAIT

    -