Standard Post

Politisi PKB Soroti Keberadaan Bank Emok dan Pinjaman Online


PKBNews - ANGGOTA Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) Cucun Ahmad Syamsurizal menyoroti keberadaan Bank Emok dan pinjaman online yang tengah meresahkan masyarkat Jawa Barat (Jabar). Pasalnya, Bank Emok merupakan cara baru rentenir memberi pinjaman mikro dengan bunga makro.

"Sekarang ini masyarakat Jabar mengeluhkan keberadaan Bank Emok dan pinjaman online, hal itu menunjukkan jika perkembangan teknologi saat ini sudah dijadikan alat untuk merugikan masyarakat," ujarnya, belum lama ini.

Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKB Bidang Hukum dan Perundang-undangan itu menjelaskan, Bank Emok merupakan masalah baru yang hadir di Jabar. Emok sendiri berasal dari bahasa Sunda yang artinya adalah cara duduk perempuan lesehan dengan bersimpuh menyilangkan kaki ke belakang. Nama tersebut sengaja diambil lantaran Bank Emok menyasar kaum ibu.

"Di Jawa Barat ini fenomena Bank Emok dan pinjaman online luar biasa, masyarakat bisa terjerat melebihi dari rentenir," tegas Cucun.

Sementara itu, keberadaan Bank Emok di daerah Kampung Kepuh, RT02/RW11, Desa Padalarang, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) dikeluhkan masyarakat. Sebab, mereka kerap menawarkan pinjaman uang dengan jumlah cukup besar ke sejumlah ibu-ibu rumah tangga yang memang sedang membutuhkan dana, hingga akhirnya tergiur meski bunganya cukup tinggi.

Salah seorang warga setempat Rohayati (47), mengatakan, akibat terjerat bujuk rayu Bank Emok itu ada sebagian tetangganya yang nyaris rumahnya disita akibat kerap meminjam uang ke Bank Emok atau Bank Keliling.

"Rata-rata mereka minjam uang ke Bank Emok tanpa sepengatahuan suaminya. Jadi untuk membayar cicilannya gali lubang tutup lubang," kata dia.

Rohayati menuturkan, di wilayahnya ada beberapa ibu-ibu yang terjebak jerat Bank Emok setelah meminjam sejumlah uang, mulai dari Rp1 juta hingga Rp5 juta.

"Saya juga sempat ditawari oleh bank emok untuk mendapatkan pinjaman Rp3 juta. Namun saya tolak karena takut tidak bisa membayar cicilan," ucapnya.

Rohayati, menjadi saksi bagaimana ibu-ibu disana memiliki tunggakan ke Bank Emok. Ketika ditagih, mereka kerap bersembunyi di sawah atau di rumah warga lain yang sekiranya aman dari kejaran penagih.

"Saya sering ditanya rumah tetangga yang memiliki utang. Bahkan, malam-malam pernah digedor juga minta diantar ke rumah ibu-ibu yang pinjam uang dan belum bayar," katanya.

TERKAIT

    -